Tutorial Otomasi Script untuk Pekerjaan Sehari-hari

Tutorial Otomasi Script untuk Pekerjaan Sehari-hari (Batch Image Processing & Web Scraping)

Outline:

Pengantar: Apa itu otomasi script?


Dalam dunia teknologi informasi, istilah otomasi script semakin sering terdengar. Otomasi script adalah proses menggunakan kumpulan kode atau perintah (script) untuk menjalankan tugas tertentu secara otomatis, tanpa perlu campur tangan manual yang berulang.

Bayangkan ketika kamu harus menyalin ratusan file dari satu folder ke folder lain setiap hari. Jika dilakukan manual, tentu memakan waktu dan berisiko salah. Dengan otomasi script, cukup tulis kode sederhana sekali, lalu jalankan kapan saja, semua pekerjaan akan terselesaikan lebih cepat dan konsisten.

Secara umum, script adalah sekumpulan instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman tertentu, misalnya Python, Bash, atau JavaScript. Jika script ini dirancang untuk berjalan otomatis sesuai jadwal atau kondisi tertentu, maka disebut sebagai otomasi script.

Fungsi Utama Otomasi Script

  1. Menghemat waktu – tugas berulang bisa dikerjakan komputer secara otomatis.

  2. Mengurangi kesalahan manusia (human error) – hasil lebih konsisten dibanding pekerjaan manual.

  3. Meningkatkan efisiensi kerja – terutama dalam manajemen data, pengujian sistem, hingga pengembangan software.

  4. Mendukung produktivitas – tim bisa fokus pada pekerjaan yang lebih penting.

Contoh Penggunaan Otomasi Script

  • Backup data otomatis setiap malam.

  • Menjalankan update sistem pada server.

  • Mengirim email massal dengan jadwal tertentu.

  • Menarik data laporan keuangan secara rutin.

  • Menguji aplikasi (testing automation).

Dengan kata lain, otomasi script adalah jembatan yang membantu manusia dan komputer bekerja sama lebih efektif, di mana tugas-tugas sederhana bisa diserahkan ke mesin, sementara manusia fokus pada analisis dan pengambilan keputusan.

Tools dan Bahasa Populer untuk Otomasi

Otomasi script bisa ditulis dengan berbagai bahasa pemrograman maupun tools khusus. Pemilihan bahasa biasanya bergantung pada kebutuhan, sistem operasi, serta kenyamanan pengguna. Berikut beberapa yang paling populer:

1. Python

Python saat ini menjadi bahasa paling populer untuk otomasi karena:

  • Sintaks sederhana – mudah dipahami oleh pemula maupun profesional.

  • Perpustakaan (library) lengkap – seperti os, shutil, subprocess, dan schedule untuk menjalankan perintah otomatis.

  • Komunitas besar – banyak contoh script siap pakai di internet.

Contoh otomasi dengan Python:

  • Backup file otomatis ke cloud.

  • Mengirim notifikasi email.

  • Web scraping data dari situs.

  • Mengotomasi testing aplikasi.

2. Node.js (JavaScript di sisi server)

Node.js cocok untuk otomasi terutama bagi developer web yang sudah terbiasa dengan JavaScript.

  • Bisa digunakan untuk task automation seperti build aplikasi, kompilasi kode, hingga deployment.

  • Tools populer berbasis Node.js antara lain:

    • Gulp dan Grunt → otomatisasi build, minify CSS/JS, image optimization.

    • Puppeteer → otomasi browser Chrome/Chromium, misalnya untuk testing atau scraping.

    • Node-cron → menjalankan script otomatis dengan jadwal tertentu.

Contoh otomasi dengan Node.js:

  • Menjalankan tugas harian (cron job).

  • Testing website secara otomatis.

  • Mengirim laporan harian ke Slack atau email.

3. Bash (Shell Script)

Bash adalah bahasa scripting bawaan Linux/Unix. Sering digunakan oleh sysadmin untuk otomasi di server.

  • Bisa menulis perintah sederhana yang langsung dijalankan oleh sistem operasi.

  • Cocok untuk tugas administratif, misalnya: backup, monitoring server, pengelolaan file, dan update sistem.

  • Sangat ringan dan tidak butuh instalasi tambahan di Linux/Mac.

Contoh otomasi dengan Bash:

  • Backup database MySQL setiap malam.

  • Menyalin file ke server lain menggunakan scp atau rsync.

  • Monitoring penggunaan CPU dan RAM.

4. Tools Otomasi Lain yang Populer

Selain bahasa pemrograman, ada juga tools khusus untuk otomasi:

  • Ansible → otomasi deployment server.

  • Jenkins → otomatisasi CI/CD (Continuous Integration / Continuous Delivery).

  • Zapier & IFTTT → otomasi workflow tanpa perlu coding (cocok untuk integrasi aplikasi seperti Gmail, Google Drive, Slack, dll).

  • PowerShell (Windows) → script otomasi khusus untuk sistem operasi Windows.


Jadi, Python, Node.js, dan Bash adalah tiga bahasa utama yang wajib dikenal pemula karena fleksibel, gratis, dan memiliki komunitas luas. Sedangkan tools tambahan seperti Ansible atau Zapier bisa dipakai jika kebutuhan lebih spesifik.


Batch Image Processing dengan Otomasi Script

Apa itu Batch Image Processing?

Batch image processing adalah proses mengolah banyak file gambar sekaligus secara otomatis menggunakan script atau software. Alih-alih mengedit satu per satu di aplikasi seperti Photoshop, kamu bisa menulis script yang menjalankan perintah yang sama untuk ratusan bahkan ribuan gambar.

Contoh tugas umum dalam batch image processing:

  • Mengubah ukuran (resize) semua gambar agar lebih ringan untuk website.

  • Mengganti format (misalnya dari PNG ke JPG).

  • Memberi watermark di sudut gambar.

  • Mengubah nama file agar lebih rapi.

  • Mengatur kualitas (compress) supaya ukuran file lebih kecil tanpa menurunkan kualitas secara drastis.


1. Batch Processing dengan Python (Pillow Library)

Python punya library bernama Pillow (PIL fork) yang sangat powerful untuk manipulasi gambar.

Contoh script sederhana untuk resize banyak gambar:

from PIL import Image import os folder_input = "input_images/" folder_output = "output_images/" if not os.path.exists(folder_output): os.makedirs(folder_output) for filename in os.listdir(folder_input): if filename.endswith(".jpg") or filename.endswith(".png"): img = Image.open(os.path.join(folder_input, filename)) img_resized = img.resize((800, 600)) img_resized.save(os.path.join(folder_output, filename)) print(f"{filename} berhasil diresize!")

Dengan script ini, semua gambar dalam folder input_images akan otomatis diubah ukurannya menjadi 800x600 px dan disimpan di folder output_images.


2. Batch Processing dengan Node.js (Sharp Library)

Bagi yang terbiasa dengan JavaScript/Node.js, library Sharp bisa digunakan.

Contoh script resize gambar dengan Node.js:

const sharp = require('sharp'); const fs = require('fs'); const inputFolder = './input_images/'; const outputFolder = './output_images/'; if (!fs.existsSync(outputFolder)) { fs.mkdirSync(outputFolder); } fs.readdirSync(inputFolder).forEach(file => { if (file.endsWith('.jpg') || file.endsWith('.png')) { sharp(`${inputFolder}${file}`) .resize(800, 600) .toFile(`${outputFolder}${file}`, (err, info) => { if (err) console.error(err); else console.log(`${file} berhasil diresize!`); }); } });

Keunggulan Sharp adalah cepat dan efisien, cocok untuk pemrosesan gambar berukuran besar.


3. Batch Processing dengan Bash + ImageMagick

Jika menggunakan Linux/Unix, ImageMagick adalah tool legendaris untuk manipulasi gambar.

Contoh script Bash untuk mengompresi semua gambar JPG dalam folder:

#!/bin/bash mkdir -p output_images for img in *.jpg; do convert "$img" -resize 800x600 -quality 80 "output_images/$img" echo "$img berhasil diproses!" done

Cukup simpan script ini sebagai resize.sh, lalu jalankan dengan bash resize.sh. Semua file JPG akan otomatis diresize menjadi 800x600 px dengan kualitas 80%.


Manfaat Batch Image Processing dengan Script

  1. Menghemat waktu – edit ratusan gambar hanya dalam hitungan detik.

  2. Konsistensi hasil – ukuran, kualitas, dan format semua gambar sama.

  3. Ramah SEO website – gambar lebih ringan, kecepatan website meningkat.

  4. Efisiensi ruang penyimpanan – file gambar lebih kecil tanpa kehilangan banyak kualitas.

  5. Fleksibel – bisa menambahkan watermark, rotasi, atau konversi format sesuai kebutuhan.


Batch image processing adalah contoh nyata bagaimana otomasi script mempermudah pekerjaan sehari-hari. Dari yang tadinya harus dilakukan manual satu per satu, cukup dengan sekali klik script, ratusan gambar bisa diproses otomatis dengan hasil seragam.

Web Scraping dengan Otomasi Script

Apa itu Web Scraping?

Web scraping adalah teknik otomatisasi untuk mengambil data dari sebuah website. Data yang diambil bisa berupa teks, gambar, tabel, harga produk, berita terbaru, hingga ulasan pelanggan. Dengan bantuan script, proses ini bisa dilakukan secara massal dan cepat tanpa harus menyalin manual.

Bayangkan kamu ingin tahu harga terbaru produk dari 50 e-commerce. Kalau dilakukan manual, akan memakan waktu sangat lama. Dengan script web scraping, semua data bisa diambil otomatis lalu disimpan ke file Excel, CSV, atau database.


1. Web Scraping dengan Python (Requests + BeautifulSoup)

Python adalah bahasa paling populer untuk web scraping. Library seperti requests untuk mengambil data dan BeautifulSoup untuk parsing HTML sangat powerful.

Contoh script sederhana:

import requests from bs4 import BeautifulSoup url = "https://example.com/products" response = requests.get(url) soup = BeautifulSoup(response.text, "html.parser") # misalnya ambil semua nama produk products = soup.find_all("h2", class_="product-title") for p in products: print(p.text)

Script di atas akan mengambil semua judul produk dari halaman yang dituju. Data bisa langsung disimpan ke file CSV untuk dianalisis lebih lanjut.


2. Web Scraping dengan Node.js (Cheerio + Axios)

Bagi pengguna JavaScript, scraping bisa dilakukan dengan Cheerio (library mirip jQuery).

Contoh script sederhana:

const axios = require('axios'); const cheerio = require('cheerio'); const url = 'https://example.com/products'; axios.get(url).then(response => { const $ = cheerio.load(response.data); $('h2.product-title').each((i, elem) => { console.log($(elem).text()); }); });

Cheerio sangat ringan dan cocok untuk scraping struktur HTML sederhana.


3. Web Scraping dengan Puppeteer (Headless Browser)

Kadang ada website yang dinamis (banyak menggunakan JavaScript). Untuk kasus seperti ini, library Puppeteer (Node.js) sangat berguna karena bisa mengontrol browser seperti Chrome/Chromium.

Contoh script:

const puppeteer = require('puppeteer'); (async () => { const browser = await puppeteer.launch(); const page = await browser.newPage(); await page.goto('https://example.com/products'); const products = await page.$$eval('h2.product-title', items => items.map(item => item.textContent) ); console.log(products); await browser.close(); })();

Dengan Puppeteer, script benar-benar membuka halaman web (tapi tanpa tampilan GUI) lalu mengambil data yang tampil di browser, termasuk hasil dari JavaScript.


4. Manfaat Web Scraping

  1. Riset pasar → mengambil data harga, tren, dan produk dari pesaing.

  2. Koleksi data publik → seperti berita, artikel, atau statistik.

  3. Pemantauan harga otomatis → misalnya untuk e-commerce atau tiket pesawat.

  4. Mengumpulkan dataset untuk machine learning.

  5. Menghemat waktu → data massal bisa diperoleh jauh lebih cepat dibanding manual.


5. Catatan Penting (Etika dan Legalitas)

  • Tidak semua website mengizinkan scraping. Selalu cek file robots.txt dan Terms of Service.

  • Jangan melakukan scraping dengan frekuensi tinggi yang bisa membebani server.

  • Gunakan caching atau jeda waktu antar request.

  • Untuk data sensitif atau pribadi, hindari scraping tanpa izin karena bisa melanggar hukum.


Dengan otomasi script untuk web scraping, banyak pekerjaan seperti riset data, monitoring harga, atau analisis tren bisa dilakukan lebih efisien. Inilah contoh nyata bagaimana script bukan hanya membantu tugas sehari-hari, tetapi juga bisa mendukung strategi bisnis.

Related Posts

Comments

Popular posts from this blog

Gadget Top 2015

Gadget 2025 | Teknologi Terbaru | Gadget Populer | AR VR | Smart Ring | Drone Kamera | Ponsel Lipat | Smartwatch | Laptop Inovatif | Trend Teknologi

Membuat Tabel